Wednesday, September 10, 2008

Inspiring Article


Mengapa Andy Noya keluar dari Metro TV?
source http://www.kickandy.com/ Banyak yang bertanya mengapa saya mengundurkan diri sebagai pemimpin redaksi MetroTV. Memang sulit bagi saya untuk meyakinkan setiap orang yang bertanya bahwa saya keluar bukan karena pecah kongsi dengan Surya Paloh, bukan karena sedang marah atau bukan dalam situasi yang tidak menyenangkan. Mungkin terasa aneh pada posisi yangtinggi, dengan power yang luar biasa sebagai pimpinan sebuah stasiun televisi berita, tiba-tiba saya mengundurkan diri. Dalam perjalanan hidup dan karir, dua kali saya mengambil keputusan sulit.
Pertama, ketika saya tamat STM. Saya tidak mengambil peluang beasiswa ke IKIPPadang. Saya lebih memilih untuk melanjutkan ke Sekolah Tinggi Publisistik diJakarta walau harus menanggung sendiri beban uang kuliah.Kedua,7 ya itu tadi, ketika saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari Metro TV. Dalam satu seminar, Rhenald Khasali, penulis buku Change yang saya kagumi, sembaribergurau di depan ratusan hadirin mencoba menganalisa mengapa saya keluar dari MetroTV. Andy ibarat ikan di dalam kolam. Ikannya terus membesar sehingga kolamnyamenjadi kekecilan. Ikan tersebut terpaksa harus mencari kolam yang lebih besar. Saya tidak tahu apakah pandangan Rhenald benar. Tapi, jujur saja, sejak lama sayamemang sudah ingin mengundurkan diri dari Metro TV. Persisnya ketika saya membacasebuah buku kecil berjudul Who Move My Cheese.Bagi Anda yang belum baca, buku inibercerita tentang dua kurcaci. Mereka hidup dalam sebuah labirin yang sarat dengankeju. Kurcaci yang satu selalu berpikiran suatu hari kelak keju di tempat merekatinggal akan habis. Karena itu, dia selalu menjaga stamina dan kesadarannya agarjika keju di situ habis, dia dalam kondisi siap mencari keju di tempat lain.Sebaliknya, kurcaci yang kedua, begitu yakin sampai kiamat pun persediaan keju tidakakan pernah habis. Singkat cerita, suatu hari keju habis. Kurcaci pertama mengajak sahabatnya untukmeninggalkan tempat itu guna mencari keju di tempat lain. Sang sahabat menolak. Diayakin keju itu hanya dipindahkan oleh seseorang dan nanti suatu hari pasti akandikembalikan. Karena itu tidak perlu mencari keju di tempat lain. Dia sudah merasanyaman. Maka dia memutuskan menunggu terus di tempat itu sampai suatu hari keju yanghilang akan kembali. Apa yang terjadi, kurcaci itu menunggu dan menunggu sampaikemudian mati kelaparan. Sedangkan kurcaci yang selalu siap tadi sudah menemukanlabirin lain yang penuh keju.Bahkan jauh lebih banyak dibandingkan di tempat lama. Pesan moral buku sederhana itu jelas: jangan sekali-kali kita merasa nyaman di suatutempat sehingga lupa mengembangkan diri guna menghadapi perubahan dan tantangan yanglebih besar. Mereka yang tidak mau berubah, dan merasa sudah nyaman di suatu posisi,biasanya akan mati digilas waktu. Setelah membaca buku itu, entah mengapa ada dorongan luar biasa yangmenghentak-hentak di dalam dada. Ada gairah yang luar biasa yang mendorong sayauntuk keluar dari Metro TV. Keluar dari labirin yang selama ini membuat saya sangatnyaman karena setiap hari keju itu sudah tersedia di depan mata.Saya juga ingin mengikuti lentera jiwa saya. Memilih arah sesuai panggilan hati.Saya ingin berdiri sendiri. Maka ketika mendengar sebuah lagu berjudul Lentera Hati yang dinyanyikan Nugie, hatisaya melonjak-lonjak. Selain syair dan pesan yang ingin disampaikan Nugie dalamlagunya itu sesuai dengan kata hati saya, sudah sejak lama saya ingin membagikerisauan saya kepada banyak orang. Dalam perjalanan hidup saya, banyak saya jumpai orang-orang yang merasa tidakbahagia dengan pekerjaan mereka. Bahkan seorang kenalan saya, yang sudah mendudukiposisi puncak di suatu perusahaan asuransi asing, mengaku tidak bahagia denganpekerjaannya. Uang dan jabatan ternyata tidak membuatnya bahagia. Dia merasa lenterajiwanya ada di ajang pertunjukkan musik. Tetapi dia takut untuk melompat. Takutuntuk memulai dari bawah. Dia merasa tidak siap jika kehidupan ekonominya yang sudahmapan berantakan.Maka dia menjalani sisa hidupnya dalam dilema itu. Dia tidak bahagia. Ketika diminta untuk menjadi pembicara di kampus-kampus, saya juga menemukan banyakmahasiswa yang tidak happy dengan jurusan yang mereka tekuni sekarang. Ada yangmengaku waktu itu belum tahu ingin menjadi apa, ada yang jujur bilang ikut-ikutanpacar (yang belakangan ternyata putus juga) atau ada yang karena solider pada teman.Tetapi yang paling banyak mengaku jurusan yang mereka tekuni sekarang -- dan membuatmereka tidak bahagia -- adalah karena mengikuti keinginan orangtua. Dalam episode Lentera Jiwa (tayang Jumat 29 dan Minggu 31 Agustus 2008), kita dapatmelihat orang-orang yang berani mengambil keputusan besar dalam hidup mereka. AdaBara Patirajawane, anak diplomat dan lulusan Hubungan Internasional, yang pada satutitik mengambil keputusan drastis untuk berbelok arah dan menekuni dunia masakmemasak. Dia memilih menjadi koki.Pekerjaan yang sangat dia sukai dan menghantarkannya sebagai salah satu pemanduacara masak-memasak di televisi dan kini memiliki restoran sendiri.Saya sangat bahagia dengan apa yang saya kerjakan saat ini, ujarnya.Padahal, orangtuanya menghendaki Bara mengikuti jejak sang ayah sebagai dpilomat. Juga ada Wahyu Aditya yang sangat bahagia dengan pilihan hatinya untuk menggelutibidang animasi. Bidang yang menghantarkannya mendapat beasiswa dari British Council.Kini Adit bahkan membuka sekolah animasi. Padahal, ayah dan ibunya lebih menghendakianak tercinta mereka mengikuti jejak sang ayah sebagai dokter.Simak juga bagaimanaGde Prama memutuskan meninggalkan posisi puncak sebuah perusahaan jamu dan jabatankomisaris di beberapa perusahaan. Konsultan manajemen dan penulis buku ini memilihtinggal di Bali dan bekerja untuk dirinya sendiri sebagai public speaker. Pertanyaan yang paling hakiki adalah apa yang kita cari dalam kehidupan yang singkatini? Semua orang ingin bahagia. Tetapi banyak yang tidak tahu bagaimana caramencapainya. Karena itu, beruntunglah mereka yang saat ini bekerja di bidang yang dicintainya.Bidang yang membuat mereka begitu bersemangat, begitu gembira dalam menikmati hidup.Bagi saya, bekerja itu seperti rekreasi. Gembira terus. Nggak ada capeknya, ujar YonKoeswoyo, salah satu personal Koes Plus, saat bertemu saya di kantor majalah RollingStone. Dalam usianya menjelang68 tahun, Yon tampak penuh enerji. Dinamis. Tak heran jika malam itu, saatpementasan Earthfest2008, Yon mampu melantunkan sepuluh lagu tanpa henti.Sungguh luar biasa. Semua karena saya mencintai pekerjaan saya. Musik adalah duniasaya. Cinta saya. Hidup saya, katanya. Berbahagialah mereka yang menikmati pekerjaannya. Berbahagialah mereka yang sudahmencapai taraf bekerja adalah berekreasi. Sebab mereka sudah menemukan lentera jiwamereka.

No comments: